Mengenal Gunung Bromo

Bicara Bromo tentunya tidak akan pernah lepas dari Kaldera Tengger. Kaldera Tengger memiliki panorama yang sangat menarik, tidak hanya bentang alam vulkanik yang berbentuk kerucut saja yang terlihat, di dalam kaldera ini juga memiliki bermacam-macam bentang alam yang sangat indah.


Bromo

Gunung Bromo

Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Bromo adalah gunungapi tipe cinder cone, gunung api yang terutama dibentuk oleh litifikasi abu gunung api, yang berada di dalam kaldera Tengger. Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan,Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Kaldera Tengger

Salah satu keuninkan dari Gunung Bromo adalah adanya Kaldera Tengger. Kaldera Tengger berukuran lebar sekitar 16 km terletak di ujung utara, sebuah gunung api massif yang membentang dari gunung Semeru. Kompleks vulkanik Tengger diperkirakan mengalami aktifitas besar-besaran sekitar 820.000 tahun yang lalu.

Gunung ini terdiri dari lima stratovolcanoes yang saling tumpang tindih, masing-masing dipotong oleh sebuah kaldera. kubah lava, kerucut piroklastik, dan maar yang menduduki sisi-sisi massif tersebut.


Kaldera Tengger

Kaldera Ngadisari yang berada pada ujung Timur laut dari kompleks ini, terbentuk sekitar 150.000 tahun yang lalu dan kini telah mengering karena (diperkirakan) airnya mengalir melalui Lembah Sapikerep.

Yang paling menarik dari kaldera Tengger adalah adanya “lautan pasir” seluas 9 x 10 km yang terletak pada ujung Barat daya dari kompleks ini. Komplek ini diperkirakan terbentuk secara bertahap selama Pleistosen akhir dan Holosen awal, atau sekitar 2 juta tahun lalu. Sebuah cluster tumpang tindih kerucut pasca kaldera dibangun di lantai kaldera lautan pasir dalam beberapa ribu tahun terakhir.

Dalam peta tua Kaldera Tengger digambarkan seperti dibawah ini


Tengger, digambarkan oleh FR Junghuhn tahun 1844 dengan menggunakan teknik arsir (hachure). [klik gambar untuk ukuran besar]

Sad Agus seorang geologis dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menjelaskan bahwa keadaan topografi Tengger bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak. Ketinggian tempat antara 750 – 3.676 m di atas permukaan laut. Dengan puncak tertinggi G. Semeru 3.676 m di atas permukaan laut (merupakan gunung tertinggi di P. Jawa) dan terdapat 4 buah danau dan 50 buah sungai.

Selain didominasi oleh pegunungan, di dalam kawasan taman nasional juga terdapat 4 buah danau (ranu) masing-masing : Ranu Pani (1 ha), Ranu Regulo (0,75 ha), Ranu Kumbolo (14 ha) dan Ranu darungan (0,5 ha). Suhu udara berkisar antara 3 s/d 20 derajat Celcius, curah hujan rata-rata 6.604 mm/tahun dan kunjungan terbaik pada bulan Juli – Agustus.

Kaldera Tengger berukuran hampir 100 km2, dasarnya tertutup oleh endapan pasir lepas hasil erupsi. Dari kaldera ini muncul lima gunung api: Bromo, Widodaren, Kursi, Giri, Batok. Dari kelimanya, hanya Bromo yang aktif. Anak bungsu dari kompleks ini adalah Bromo, salah satu gunung berapi yang paling aktif di Jawa dan paling sering dikunjungi. Di dekat Kaldera Tengger ada gunung api lain, yaitu Semeru.

Sejarah Letusan

Bromo adalah gunung api tipe cinder cone, gunung api yang terutama dibentuk oleh litifikasi abu gunung api, yang berada di dalam kaldera Tengger. Catatan pertamanya sudah ada sejak tahun 1775. Sampai sekarang, sudah tercatat sekitar 50 kali letusan. Umumnya, letusan tipe Strombolian. Letusan Bromo bersifat ledakan dengan melontarkan bom gunung api, lapili, pasir, dan abu yang umumnya hanya mempengaruhi sekitar puncak saja.

Dalam sejarahnya, Bromo belum pernah tercatat mengalirkan lava. Abu letusannya kadang-kadang merusak perkebunan di sekitarnya, seperti pada tahun 1915 dan 1948.

Sejak 1989, Gunung Bromo telah dipantau secara terus-menerus dari pos pengamatan Cemorolawang di pinggir kaldera Tengger. Seismisitas Gunung Bromo umumnya disebabkan gempa volkanik dangkal, gempa tektonik, pengeluaran gas, serta beberapa gempa dari letusan Semeru.

Menurut data tercatat, Erupsi gunung Bromo terjadi pada tahun: 1804, 1815, 1820, 1822, 1825, 1829, 1830, 1835, 1842, 1843, 1844, 1856, 1857, 1858, 1858, 1859, 1860, 1865, 1865, 1866, 1867-68, 1877, 1885, 1885-86, 1886, 1886-87, 1888(?), 1890, 1893, 1896, 1906-07, 1907, 1907-08, 1909, 1910, 1915-16, 1921, 1922, 1928, 1930, 1935, 1939, 1940, 1948, 1950, 1955, 1956, 1972, 1980, 1983(?), 1983, 1984, 1995 (March-May), 1995 (Sep-Dec), 2000 (Nov)-20001 (Jan), 2004 (June).

Erupsi Bromo
Erupsi Bromo [Klik gambar untuk ukuran besar]

Berdasarkan catatan sejarah, letusan atau peningkatan kegiatan vulkanik Gunungapi Bromo mulai tercatat sejak tahun 1804, erupsinya dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (contoh : 12 – 14 Juni 1860) tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus.


Erupsi Bromo 8 June 2004 dari jarak 2.2 km. Dimbil 9 menit setelah erupsi.

Daur erupsi Gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.

Peningkatan kegiatan/letusan yang tercatat dalam sejarah aktifitas vulkanik Gunungapi Bromo sejak lebih kurang 200 tahun yang lalu dapat dilihat pada tabel.

Karakter Letusan :

Sepanjang sejarah letusan, setiap kali erupsi menyemburkan abu, pasir, lapilli, dan kadang-kadang melontarkan bongkah lava dan bom vulkanik, kecuali pada kegiatan 1980, pada dasar kawah terbentuk sumbat lava.

Periode letusan :

Periode erupsi dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (12 – 14 Juni 1860), tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus.

Daur erupsi gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.

Sumber : Data Dasar Gunungapi Indonesia, Kusumadinata, 1979
COPAS DARI
http://rovicky.wordpress.com/